Memakmurkan Masjid, Memberdayakan Umat

Sejak sekira dua dekade terakhir, umat Islam mulai sadar bahwa selama ini ada yang terlupa dari agenda kehidupan keberagaman mereka, yaitu memberdayakan masjid. Memang, beberapa eksponen umat seperti ormas-ormas keislaman sudah sejak lama mendengungkan gerakan Back to Mosque, namun ikhtiar tersebut tampaknya kurang bergaung dan masih dianggap sepintas lalu.

Masalah ekonomi, pendidikan, persatuan umat yang carut-marut bagai tamparan keras di kepala yang menyadarkan bahwa umat Islam sudah ketinggalan jauh di belakang peradaban modern. Islam tidak lagi dianggap sebagai ‘yang terdepan’ seperti abad-abad lampau, melainkan hanya sebagai follower atas berbagai produk (budaya, teknologi, informasi) yang ditawarkan Barat. Semua itu terjadi karena umat Islam meninggalkan rumah kelahirannya, yaitu masjid.

Maka, tak ada cara lain kecuali mendorong umat untuk kembali ke masjid. Bagaimana caranya? Masjid harus menjadi tempat yang menarik dan ramah sehingga orang kerasan dan selalu teringat pada masjid. “Memuliakan masjid itu tidak bisa hanya dengan datang ke masjid, tapi harus menjadikan masjid itu sebagai penggerak. Secara ekonomi, persatuan, informasi, dan pendidikan,” ujar Ustad Moh. Ali Aziz, penulis buku best seller 60 Menit Terapi Shalat Bahagia.

Namun tentu saja sebelum mengarah ke sana, terlebih dulu masjid harus benar-benar menjadi tempat mentarbiyah umat dari sisi spiritual; bahwa fungsi utama masjid adalah tempat beribadah ritual yang harus berdampak pada hati dan perilaku. Setelah menjalin hubungan spiritual dalam ibadah shalat berjamaah, seyogyianya kualitas diri seorang Muslim harus semakin baik. Oleh karenanya, masjid harus menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang penghuninya untuk beriman dan bertakwa, seperti kajian kitab-kitab, tafsir, Hadis dan pembinaan spiritual lainnya. Dengan demikian jiwa penghuninya menjadi tercerahkan oleh cahaya ilahiah.

 “Setiap masuk dan keluar masjid, orang harus introspeksi apa yang salah dalam dirinya. Jadi masjid itu harus menghidupkan jiwa jamaahnya. Setiap keluar masjid, harus membuat keputusan baru; sebagai suami saya harus berbuata apa, sebagai istri saya harus bagaiman, sebagai ayah saya harus apa,” tambahnya.

Untuk mendorong agar masjid berperan secara maksimal, maka masjid harus dikelola secara profesional layaknya institusi modern. Dibentuknya takmir dan pengurus masjid tak lain bertujuan memaksimalkan peran masjid bagi masyarakat, terutama kaum Muslimin. Demi mewujudkan misi tersebut, maka takmir dan pengurus masjid dituntut mencurahkan segala potensinya untuk memikirkan masjid.

Rumah Induk Bersama

Umat boleh bertebaran dalam ranah aktivitas masing-masing. Namun perlu diingat bahwa mereka punya rumah bersama, rumah yang seyogiyanya menjadi basis aktivitas, tempat menyemai gagasan, merancang visi dan cita-cita. Rumah besar umat Islam itu tak lain adalah masjid. Mengingatkan umat untuk selalu ingat kepada rumah induknya, belakangan ini memiliki momentum yang tepat ketika ikhuwah islamiah tercerai-berai oleh konflik antargolongan yang mengancam keutuhan umat.  Oleh karenanya, masjid harus hadir sebagai institusi yang mampu mempersatukan segala perbedaan di tengah umat, sepanjang perbedaan tersebut bukan menyangkut hal yang prinsip.

“Sebetulnya meluruskan saf itu tidak hanya dalam shalat, juga dalam perjuangan umat. Bukankah ritual Islam itu melambangkan simbol-simbol, dimana di balik simbol-simbol tersebut terkandung makna? Anda boleh berbeda-beda, tapi kalau sudah ada dalam masjid nggak usah lihat perbedaannya. Misi utama kita adalah bagaimana melurukan saf perjuangan,” tutur guru besar UIN Sunan Ampel ini.

Dalam rangka membina ukhuwah, masjid dapat berperan sebagai media komunikasi secara komunal. Masjid dapat menjadi sumber dan pusat informasi tentang hal-hal yang perlu diketahui umat Islam, bahkan hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya informasi mengenai persiapan datangnya gempa, atau kewaspadaan terhadap maraknya penyakit tertentu. Lebih luas dari itu, lingkungan masjid juga bisa dimanfaatkan untuk mengampu kebutuhan masyarakat, seperti pendirian klinik kesehatan, klinik psikologi dan kegiatan sosial lainnya.

Memberdayakan Umat

Selain donatur, masjid harus mempunyai sumber pemasukan secara mandiri, agar tidak melulu bergantung pada kotak infak. Bentuk usaha mandiri itu misalnya, stand usaha kaki lima, rumah makan, pertokoan, mini market, yang semuanya dikelola dengan sistem syariah. Sebagai contoh, Masjid Jogokaryan di Yogyakarta memiliki hotel yang bisa disewakan kepada tamu-tamu dan para musafir yang keuntungannya masuk ke kas masjid. Kas itulah yang kemudian digulirkan lagi untuk menyejahterakan masyarakat. Dengan hidupnya sistem perekonomian di lingkungan masjid, maka masyarakat sekitar pun akan terberdayakan. Oleh sebab itu, sebisa mungkin tak ada dana yang menumpuk dalam kas masjid. Kas masjid harus dikelola semaksimal mungkin untuk kemaslahatan umat.

“Bentuk usaha itu tergantung masyarakat ingin apa, sesuaikan dengan kebutuhan. Kalau masjid di Amsterdam saya lihat, lantai satu pertokoan, lantai dua restoran, dan lantai tiganya masjid,” imbuh lelaki kelahiran Lamongan ini. Ustad Ali Aziz menambahkan, bahwa masjid harus dihidupkan dan menghidupkan. Artinya, para jamaah mesti mengalokasikan potensinya untuk kesejahteraan masjid, dan di saat yang sama masjid juga mesti responsif terhadap kebutuhan umat. Masjid harus menjadi tempat kolaborasi antar usaha umat.

“Masjid itu menjadi tempat interaksi dan awal transaksi. Kalau di sini ada penjual daging, yang sana ada penjual bakso, bagaimana masjid menjadi tempat pertemuan itu. Jadi, itulah maksudnya masjid berperan sebagai institusi ekonomi,” ujar ayah tujuh anak ini mengakhiri. (has)

Share:

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Office

Jl. Dahlia 1 Orchid Residence Blok i3, Beji, Kota Depok

Jl. Wisma Lidah Kulon, A-105, Surabaya

Contact

  • 081-5510-22-11
  • biograph.id@gmail.com